Renungan Dua Kota Suci
Saturday, 12 October 2013
0
komentar
Oleh : Ina Salma Febriany
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah
negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku
beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka
dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Qs. Al- Baqarah: 126)
Pengabadian doa Nabi Ibrahim dalam petikan surah Al-Baqarah 126 di
atas mengingatkan kita pada satu peristiwa bersejarah yang semuanya
tertera sempurna dalam surah kedua dalam Al-Quran. Doa Nabi Ibrahim as
yang kemudian diabadikan oleh Allah Swt ini bukanlah tiada maksud.
Pengorbanan, kesabaran, keikhlasan Nabi yang diberi julukan
‘Khalilullah- kekasih Allah’ ini sungguh luar biasa.
Napak tilas dari kisah Nabi Ibrahim yang meninggalkan istrinya, Siti
Hajar dan anaknya Ismail atas perintah Allah sudah merupakan rahasiaNya
bahwa kelak di kota itulah seluruh penduduk muslim yang berdiam di bumi
untuk menyucikan asma-Nya. Tak hanya itu, air zam-zam yang memancar
hingga detik ini, juga merupakan potret pengorbanan seorang ibu berjiwa
mulia demi sang putra tercinta, Ismail as.
Cobaan tak berhenti disitu. Allah masih ‘senang’ menguji kesabaran
Nabi Ibrahim as dengan menganugerahkannya mimpi untuk menyembelih putra
kandung kesayangannya sendiri. Tak tega? Itulah yang pasti dirasakan
semua orangtua tatkala mendapatkan perintah untuk mengurbankan anaknya
sendiri. Tapi dengan segala keshalihan dan ketaatan atas perintah Allah,
Nabi Ismail tegar. Ia membenarkan mimpi ayahnya, hingga Allah
mengetahui bahwa pasangan ayah dan anak ini adalah dua sosok penyabar
dan Dia mengganti seekor kambing kibas sebagai buah ketaatan mereka.
Dua peristiwa bersejarah yang terjadi ribuan tahun lalu, dengan runut
diungkap oleh Al-Quran dan tak lain salah satunya ialah surah yang
telah tersebut di atas. Betapa seorang Bapaknya Para Nabi ini memohon
kepada Allah akan keutamaan negeri Makkah. Dan doa beliau, tentu saja
terkabul hingga Makkah dijuluki kota suci umat Islam untuk melaksanakan
ibadah umrah maupun haji.
Bagaimana dengan kota Madinah? Ada petikan hadits yang diriwayatkan
dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah Saw berdoa, yang artinya, “Ya
Allah, limpahkanlah keberkahan berlipat ganda terhadap kota Madinah
sebagaimana yang telah Engkau karuniakan terhadap kota Makkah,” (HR
Bukhari dan Muslim)
Berkat doa Rasulullah Saw itulah, Makkah dan Madinah menjadi dua kota
suci yang memiliki pahala tinggi jika kita beribadah di tempat
tersebut. Kesuciannya melekat karena seluruh penduduk muslim dunia
beribadah di Masjidil Haraam dan Masjid Nabawi, tiada henti dan nyaris
tak pernah sepi. Dua kota penuh sejarah ini menyisakan keluhuran nuansa
religi, juga tempat yang menjadi tujuan mulia untuk dikunjungi.
Rasulullah bersabda dalam lain hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, “Shalat satu waktu di masjidku (Nabawi) adalah lebih utama
daripada mengerjakan shalat sebanyak seribu kali di masjid lain—kecuali
Masjidil Haraam,” (HR Bukhari dan Muslim)
Menyelami dua kota suci, setidaknya juga berusaha memahami arti dari
Bulan Haraam (Dzulhijjah) yang pada tahun ini dimulai 6 Oktober. Dan
saat ini, seluruh muslim penduduk bumi sedang khusyu’ berhaji. Semoga
Allah senantiasa melindungi dan memabrurkan ibadah mereka.
sumber : www.rumahzakat.org
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Renungan Dua Kota Suci
Ditulis oleh Investasi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://investasiakhiratku.blogspot.com/2013/10/renungan-dua-kota-suci.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Investasi
Rating Blog 5 dari 5