Harta, Tahta dan Fakta
Thursday, 5 September 2013
0
komentar
Bertahun yang lalu, ada gerakan koin untuk prita. Jika dari koin-koin
saja terkumpul angka yang akhirnya mencengangkan, maka hal yang sama,
telah dipraktekkan oleh banyak orang sejak dulu, untuk menopang jalannya
pergerakan. Tak mengharap apa-apa, selain surga. Bukan karena kaya,
tapi karena paham; harta yang telah dikeluarkan, justru itulah yang
abadi tersimpan.
Masih ingat di benak, saat kulihat salah seorang ibu bersama anak
balitanya, dalam sebuah munasharah di masjid Al-Azhar. Si anak membawa
celengan plastiknya. Membuka celengannya di sana. Pyaarrr,
berhamburanlah uang koin serta kertas lusuh merah, yang semuanya
diserahkan pada panitia amal.
Orang yang berpunya juga punya cara tersendiri untuk turut berperan
serta. Maka diantara kantong amal yang diedarkan, usah heran jika lalu
terkumpul cincin kawin, jam tangan, gelang, atau kalung emas, juga hand
phone berbagai merk. apapun, yang saat itu dipakai atau dibawa, serentak
muncul dari kantong-kantong amal saat dibuka. Benda-benda yang sengaja
dilepaskan pemiliknya dengan legawa, karena berhitung bahwa uang yang
dia bawa tak banyak, tapi tahu bahwa benda yang ada padanya cukup
berharga, jika dijual lagi. Nilainya jauh lebih banyak dari uang cash
yang ada padanya.
Ada juga kisah lain. Di sebuah acara penggalangan dana untuk pemilu
di ujung jakarta. Seorang suami yang duduk terpisah dari istrinya,
mengirim sms kepada istrinya itu, “Kita infaq sekian juta untuk berdua,
ya”. istrinya membalas segera, “Pemilu lalu saya dan mas sama-sama
menyumbang satu kali gaji, masak pemilu tahun ini turun? Jangan untuk
berdua mas. Dari mas itu sekian juta, dariku juga sekian juta.” sms itu
segera dijawab lagi, “Ya. Bismillah. Istriku benar”.
Juga kuingat dalam sebuah acara amal nan sederhana, di pelososk
Depok. Seorang anak remaja maju pada panitia, menuntun sepedanya,
sambil berkata, “Saya ingin berinfaq untuk dakwah, tapi saya tak punya
uang, hanya sepeda ini harta saya yang berharga, yang biasanya saya
gunakan untuk sekolah. Saya sumbangkan semoga bermanfaat dan tercatat
sebagai amal saya.”
Lalu ia serahkan sepeda itu pada panitia.
melihat itu, hadirin menitikkan air mata. Tetiba seorang bapak
berpenampilan rapi, menawarkan diri untuk membeli sepeda itu. Setelah
harga disepakati, di depan panitia yang saat itu langsung membuka
lelang, bapak ini tetap bertahan dengan harga tertinggi. Aqad jual beli
pun terjadi. Uang diserahkan, sepeda dibawa kembali dari panitia. Bapak
itu lalu menuntun sepeda ke arah remaja tadi, dan berkata, “Nak, bapak
terharu dengan keikhlasanmu. Ini sepedanya, sekarang bapak berikan
untukmu. Bisa kau pakai lagi untuk sekolah”.
Siapa yang tak menyungai sudut mata, menonton adegan sedemikian indah tentang pemaknaan harta?
Maka jangan heran, jika dalam ranah pergerakan, uang milyaran
berseliweran. Maka jangan heran, jika secara ilmu keuangan, asset sebuah
pergerakan jauh melebihi asset perusahaan. Mengapa heran, sedangkan
justru orang berlomba-lomba mencatatkan dirinya sebagai penyumbang,
terhadap bangunan pergerakan. Meski hanya menjadi sejumput pasir. Meski
hanya menjadi sebutir kerikil. Meski hanya menjadi sebongkah bata.
Hanya berharap surga.
sumber : www.fimadani.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Harta, Tahta dan Fakta
Ditulis oleh Investasi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://investasiakhiratku.blogspot.com/2013/09/harta-tahta-dan-fakta.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Investasi
Rating Blog 5 dari 5